Cari Blog Ini

Sabtu, 30 Juli 2011

Peluang Lahirnya Era Penyiaran Televisi Digital

Meski tak diwarnai dengan perayaan yang gegap-gempita, pada 13 Agustus 2008 Indonesia telah menapak ke analog_tvpintu teknologi penyiaran televisi digital. Peristiwa itu berupa soft launching siaran TV digital oleh TVRI. Langkah ini jelas akan menjadi lokomotif bagi perubahan yang bakal cukup radikal di bidang penyiaran televisi nasional.
Perubahan atau penyesuaian itu tak hanya di sisi penyedia konten dan infrastruktur penyiaran, tetapi juga di masyarakat. Sudah jamak diketahui bahwa masyarakat makin mengandalkan televisi sebagai media informasi sekaligus hiburan, yang ditandai kian tahun kian meningkat peredaran jumlah pesawat televisi. Saat ini ada sekitar 40 juta unit televisi yang ditonton lebih dari 200 juta orang.
Langkah awal perubahan ini bakal menjadi era baru bagi dunia industri televisi nasional, menggantikan era penyiaran televisi analog yang dimulai pada 17 Agustus 1962 berupa siaran percobaan TVRI dalam acara HUT Proklamasi Kemerdekaan XVII Indonesia dari halaman Istana Merdeka Jakarta. Pada 24 Agustus 1962, TVRI mengudara pertama kalinya dengan acara siaran langsung upacara pembukaan Asian Games IV dari Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Teknologi TV digital dipilih karena punya banyak kelebihan dibandingkan dengan analog. Teknologi ini punya ketahanan terhadap efek interferensi, derau dan fading, serta kemudahannya untuk dilakukan proses perbaikan (recovery) terhadap sinyal yang rusak akibat proses pengiriman/transmisi sinyal. Perbaikan akan dilakukan di bagian penerima dengan suatu kode koreksi error (error correction code) tertentu. Kelebihan lainnya adalah efisiensi di banyak hal, antara lain pada spektrum frekuensi (efisiensi bandwidth), efisiensi dalam network transmission, transmission power, maupun consumption power.
Di samping itu, TV digital menyajikan gambar dan suara yang jauh lebih stabil dan resolusi lebih tajam ketimbang analog. Hal ini dimungkinkan oleh penggunaan sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) yang tangguh dalam mengatasi efek lintas jamak (multipath). Pada sistem analog, efek lintasan jamak menimbulkan echo yang berakibat munculnya gambar ganda (seakan ada bayangan).
Kelebihan lainnya adalah ketahanan terhadap perubahan lingkungan yang terjadi karena pergerakan pesawat penerima (untuk penerimaan mobile), misalnya di kendaraan yang bergerak, sehingga tidak terjadi gambar bergoyang atau berubah-ubah kualitasnya seperti pada TV analog saat ini.
Tvdigital
Standar DVB-T dan DAB
Pemerintah telah memutuskan sistem Digital Video Broadcasting-Terrestrial (DVB-T) sebagai standar nasional Indonesia karena dari hasil uji coba yang dilakukan oleh Tim Nasional Migrasi TV dan Radio dari Analog ke Digital, teknologi DVB-T lebih unggul dan memiliki manfaat lebih dibandingkan dengan teknologi penyiaran digital lainnya.
Teknologi ini mampu memultipleks beberapa program sekaligus, di mana enam program siaran dapat ”dimasukkan” ke dalam satu kanal TV berlebar pita 8 MHz, dengan kualitas jauh lebih baik. Ibarat satu lahan, yang semula hanya dapat dimanfaatkan untuk satu rumah, dengan teknologi ini mampu dibangun enam rumah dengan kualitas bangunan jauh lebih baik dan kapasitas ruangan lebih banyak. Di samping itu, penambahan varian DVB-H (handheld) mampu menyediakan tambahan sampai enam program siaran lagi untuk penerimaan bergerak (mobile). Hal ini sangat memungkinkan bagi penambahan siaran-siaran TV baru.
Bagi industri radio, secara logis akan ditentukan penggunaan teknologi DAB (Digital Audio Broadcasting) yang dikembangkan sebagai penyeimbang teknologi DVB-T sebagaimana sudah diimplementasikan di lebih dari 40 negara, khususnya negara-negara Eropa. Teknologi DAB bila dikembangkan menggunakan teknologi Digital Multimedia Broadcasting (DMB), yaitu dengan menambahkan DMB multimedia prosesor, akan mampu menyiarkan konten gambar bergerak sebagaimana siaran TV. Hal ini telah menstimulasi para pelaku industri radio untuk mengembangkan bisnisnya dengan menambah konten berupa gambar bergerak, seperti informasi cuaca, peta jalan, video clip, dan film, sebagaimana yang terjadi di industri televisi.
Berbeda dengan industri TV yang harus secara total bermigrasi ke digital karena tuntutan perkembangan teknologi, migrasi digital dalam industri radio hanya sebuah pilihan karena teknologi radio FM dianggap sudah cukup memiliki kualitas dan efisiensi yang baik. Apalagi belum lama ini pemerintah baru selesai menata ulang alokasi frekuensi radio FM yang berkonsekuensi pada perpindahan frekuensi bagi sebagian besar operator radio dan timbulnya biaya investasi tambahan bagi operator radio tersebut. Teknologi radio FM tetap akan bertahan sampai belasan tahun ke depan.
Pertimbangan migrasi
Implementasi sistem TV digital di Eropa, Amerika, dan Jepang sudah dimulai beberapa tahun lalu. Di Jerman, proyek ini telah dimulai sejak tahun 2003 untuk kota Berlin dan tahun 2005 untuk Muenchen dan saat ini hampir semua kota besar di Jerman sudah bersiaran TV digital. Belanda telah memutuskan untuk melakukan switch off (penghentian total) siaran TV analognya sejak akhir 2007. Perancis akan menerapkan hal sama pada tahun 2010. Inggris sejak akhir 2005 telah melakukan uji coba mematikan beberapa siaran analog untuk menguji penghentian total sistem analog bisa dilakukan pada tahun 2012. Kongres Amerika Serikat telah memberikan mandat untuk menghentikan siaran TV analog secara total pada 2009, begitu pula Jepang pada 2011.
Negara-negara di kawasan Asia juga sudah mulai melakukan migrasi total. Di Singapura, TV digital diluncurkan sejak Agustus 2004 dan saat ini telah dinikmati lebih kurang 250.000 rumah. Di Malaysia, uji coba siaran TV digital juga sudah dirintis sejak 1998 dengan dukungan dana sangat besar dari pemerintah dan saat ini siarannya sudah bisa dinikmati lebih dari 2 juta rumah.
Keputusan pemerintah atas penggunaan DVB-T sebagai standar TV digital terestrial akan menjadi lokomotif terjadinya migrasi dari era penyiaran analog menuju era penyiaran digital di Indonesia. Pilihan ini membuka peluang ketersediaan saluran siaran yang lebih banyak, yang berimplikasi dalam banyak aspek. Untuk itu, peran pemerintah menjadi sangat strategis dalam mempersiapkan pengembangan sumber daya manusia yang mampu mengisi dan menjadi pelaku industri penyiaran digital. Momentum penyiaran digital ini diharapkan dapat menjadi pemicu tumbuh dan berkembangnya kemandirian bangsa.
Peran pemerintah melalui Departemen Komunikasi dan Informatika memang terlihat cukup besar. Banyak hal yang telah dilakukan, antara lain pembentukan tiga working group (WG), yaitu WG Regulasi TV Digital, WG Master Plan Frequency, dan WG Teknologi Peralatan untuk Persiapan Implementasi TV Digital. Selain itu, telah dilakukan pembentukan konsorsium uji coba TV digital, pembagian set-top box (STB) kepada perwakilan masyarakat, sampai dengan kegiatan sosialisasi ke berbagai daerah yang melibatkan beragam unsur masyarakat.
Partisipasi aktif pemerintah dalam implementasi teknologi TV digital ini menjadi penting karena migrasi ini akan menimbulkan revolusi di bidang penyiaran. Tulisan Bambang Heru Tjahjono, ketua WG Teknologi Peralatan Depkominfo di Kompas (12/9), dengan jelas mengajak pentingnya keberpihakan pemerintah dalam pengembangan industri nasional dalam implementasi TV digital ini.
Potensi
Banyak potensi industri nasional yang perlu dikembangkan dan dilibatkan untuk berpartisipasi dalam implementasi TV digital ini, seperti PT INTI, Polytron, Panggung, dan Xirka Chipset yang sudah siap dalam industri STB nasional. Begitu pula PT LEN yang telah memfokuskan diri dalam produksi perangkat transmisi. Di samping itu, ada beberapa production house (PH) yang telah siap dalam memproduksi konten berteknologi digital. Peran aktif mereka perlu disambut dan bahkan dipacu agar dapat memberikan kontribusi yang semakin konvergen menuju implementasi teknologi TV digital ini.
Pemerintah perlu memberikan semacam insentif bagi industri nasional yang ingin berpartisipasi dalam produksi perangkat TV digital agar tidak kalah bersaing dengan pelaku industri dari negara lain yang secara agresif telah masuk ke Indonesia, seperti China dan Korea. Apalagi beberapa industri nasional kita sudah siap untuk melakukan customized produknya agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia, seperti penambahan fitur Electronic Program Guide (EPG) versi Indonesia, Early Warning System (EWS), fitur Interactivity yang lebih baik, dan tidak kalah penting fitur Peoples Meter yang dapat memberikan fungsi viewer rating dan Polling System yang merupakan komponen penting dalam industri siaran TV.
Fitur terakhir ini sangat penting agar industri TV kita tidak berada dalam kondisi ”terjajah” dan sangat bergantung kepada lembaga survei asing, yang akurasi hasil rating-nya belum tentu dapat dipertanggungjawabkan

Minggu, 24 Juli 2011

2 HARI SEKOLAH PRODUKSI TV DAN FILM

Selamat datang di terobosan bebas
2 HARI SEKOLAH PRODUKSI  TV DAN FILM
Segala sesuatu yang perlu Anda ketahui tentang produksi film dan televisi dapat dipelajari dalam dua sampai tiga hari." Kami melakukannya dalam dua hari. Dari ide,memahami, memproduksi langsung, keuangan, memasarkan dan mendistribusikan film dan acara tv anda.
akan meliputi:

  • 1. Independen Filmmaking
  • 2. Screenwriting
  • 3. Guilds dan Stasiun tv indonesia
  • 4. Pra-Produksi
  • 5. Mengarahkan A sampai Z
  • 6. Produksi dasar: Shooting film Anda
  • 7. Poska Produksi: Finishing film Anda
  • 8. Digital Filmmaking A sampai Z
  • 9. Penganggaran A sampai Z
  • 10. Publisitas dan Pemasaran
  • 11. TV Kabel dan Video Penjualan
  • 12. Penjualan & Keuntungan Luar Negeri
  • 13. Pembiayaan dan dealmaking
  • 14. Distribusi
  • 15. Organisasi: Mempersiapkan Jadwal Shooting
  • 16. Pembuat film itu Gameplan: A Roadmap Sukses
  • Kenapa harus pergi ke sebuah sekolah film mahal.
    Yang saya dan anda inginkan: 
  • Sebuah film yang hebat informasi dan pembuatan film pendidikan untuk sedikitnya biaya dalam periode waktu terpendek.
  • Hayo Mengapa menunggu?
  • Daftar dan Hubungi sekarang 08170970639/081519213045/02198641990//
  • (SEKOLAH,KELOMPOK,PRIBADI.....)

Kamis, 24 Februari 2011

sutradara film yang bermutu dan populer

 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgg-7ZaBZzL4pevT0HBbBsDsd8X-3kgnfbED4ONcj1hBNBDCKAUg93NmblbMpPT9b2pRHrjuwdtgyoLgaaevnBfJc4mxNjLDuUQV9Lf9hLQmLquwTEHAb-qNQj_XykxRBOxfSKkrmPw8zqV/s320/bond2-dlm.jpg
Hampir semua Sutradara pasti ingin film yang ia garap menjadi film yang bermutu, populer, berkesan, serta bisa mendatangkan banyak uang. Tapi ternyata tak banyak sutradara yang bisa membuat film yang sangat berkualitas dan bisa menjadi review di dunia perfilman dunia, hanya sedikit Sutradara yang benar-benar mempunyai "sense of film". Oleh karna itu maka tak heran jika banyak Film-film berkualitas yang digarap oleh satu produser.


Produser bisa dianggap sukses jika filmnya bisa menjadi film berkualitas, meledak di pasaran dan mendatangkan banyak uang (Apalagi jika filmnya bisa masuk ominasi atau menjuarai piala Oscar). hanya beberapa Sutradar yang bisa membuat membuat film seperti itu.

Berikut Kami tampilkan daftar 10 sutradara tersukses yang dinilai berdasarkan kualitas film yang digarap, popularitas film yang digarap, serta jumlah pemasukan uang dari film yang digarap :

1. Steven Spielberg
Filmography: Munich, War of the Worlds, The Terminal, Catch Me If You Can, Minority Report, A.I., Saving Private Ryan, Amistad, Jurassic Park, The Lost World, Hook, Always, Indiana Jones and the Temple of Doom, Indiana Jones and the Last Crusade, Raiders of the Lost Ark, Empire of the Sun, The Color Purple, ET, Close Encounters of the Third Kind, JawsTotal Domestic Box Office: $3.445 BillionPer Film Average: $164.1 Million
2. Robert Zemeckis
Filmography: Beowulf, The Polar Express, Cast Away, What Lies Beneath, Contact, Forrest Gump, Death Becomes Her, Back to the Future, Back to the Future Part II, Back to the Future Part III, Who Framed Roger Rabbit, Romancing the Stone, Used CarsTotal Domestic Box Office: $1.799 BillionPer Film Average: $150 Million
3. George Lucas
Filmography: American Graffiti, Star Wars, Star Wars Episode I, Star Wars Episode II, Star Wars Episode IIITotal Domestic Box Office: $1.698 BillionPer Film Average: $340 Million

4. Ron Howard
Filmography: The Da Vinci Code, Cinderella Man, The Missing, A Beautiful Mind, How the Grinch Stole Christmas, EDtv, Ransom, Apollo 13, The Paper, Far and Away, Backdraft, Parenthood, Willow, Gung Ho, Cocoon, Splash, Night ShiftTotal Domestic Box Office: $1.606 BillionPer Film Average: $100.3 Million
5. Chris Columbus
Filmography: Rent, Harry Potter and the Chamber of Secrets, Harry Potter and the Sorcerer’s Stone, Bicentennial Man, Stepmom, Nine Months, Mrs. Doubtfire, Home Alone, Home Alone 2, Only The Lonely, Heartbreak Hotel, Adventures in BabysittingTotal Domestic Box Office: $1.567 BillionPer Film Average: $130.6 Million
6. Gore Verbinski
Filmography: Pirates of the Caribbean: The Curse of the Black Pearl, Pirates of the Caribbean: Dead Man’s Chest, Pirates of the Caribbean: At World’s End, The Weather Man, The Ring, The Mexican, Mouse HuntTotal Domestic Box Office: $1.308 BillionPer Film Average: $187 Million
7. Peter Jackson
Filmography: King Kong, The Lord of the Rings: The Fellowship of the Ring, The Lord of the Rings: The Two Towers, The Lord of the Rings: The Return of the King, The FrightenersTotal Domestic Box Office: $1.268 BillionPer Film Average: $253.6 Million

8. Tim Burton
Filmography: Sweeney Todd, Corpse Bride, Charlie and the Chocolate Factory, Big Fish, Planet of the Apes, Sleepy Hollow, Mars Attacks!, Ed Wood, Batman Returns, Edward Scissorhands, Batman, Beetlejuice, Pee-Wee’s Big AdventureTotal Domestic Box Office: $1.267 BillionPer Film Average: $97.4 Million
9. Sam Raimi
Filmography: Spider-Man, Spider-Man 2, Spider-Man 3, The Gift, For Love of the Game, A Simple Plan, The Quick and the Dead, Army of Darkness, DarkmanTotal Domestic Box Office: $1.247 BillionPer Film Average: $138.5 Million
10.James Cameron
Filmography: Titanic, True Lies, Terminator 2, The Abyss, Aliens, TerminatorTotal Domestic Box Office: $1.147 BillionPer Film Average: $163.8 Million

Jumat, 18 Februari 2011

Kevin Costner Sutradarai Mini Seri TV

Kevin Costner Sutradarai Mini Seri TV

Kevin Costner, bintang film dan juga pernah menyutradarai film layar lebar seperti Wyatt Earp, The Postman, Open Range dan Dances With Wolves,  berencana untuk menjadi sutradara tv.

Adapun kabarnya nih, Kevin, yang emang suka banget dengansejarah,bakalan meyutradarai mini seri TV yang menceritakan tentang usai perang saudara di Amerika.

Gak hanya itu, seperti yang dikabarkan Femalefirst,co.uk, Kevin juga bakal main dalam mini seri itu yang mana akan mempelajari tentang penduduk (settlement) di bagian barat Negara-negara bagian Amerika.
Dan jika rencana itu terealisir jaringan tv Amerika A&E berkenan mengudarakan mini seri tersebut.

Dia (Costner) lebih mengerti film barat ketimbang orang lain, dan dia menghormati genre.”

“Dia tahu semua detail tentang budaya barat; ini adalah jenis film yang sangat dia sukai. Itu adalah kesempatan yang sempurna,” ujar jubir buat jaringan A&E.

Meski Kevin jadi terkenal berkat peran-perannya seperti dalam film The Untouchable dan Field of Dreams, tapi sukses paling besar yang pernah dia dapat adalah ketika dirinya menjadi pemain dan juga sekaligus sutradara Dances with Wolves tahun 1990 dimana film itu  dinominasikan dalam 20 katergori di piala Oscar dan memenangkan Best Picture dan juga Best Director.

Buku Buku Seni Sinema Televisi

Buku Buku Seni Sinema Televisi 
Dari Rumah Kertas Ke Pentas Dunia
Pengarang       : A. Syaeful Anwar
Halaman          : 248
Editor              : Seno Gumira Ajidarma
ISBN               : 979-00351
Cetakan I        : Maret 2005

Buku ini berasal dari sebuah tesis tentang biografi Nobertus Riantiarno, seorang tokoh teater modern Indonesia. Berbicara juga tentang Teater Koma dan tentang perbincangan antar wacana terutama seni tradisional dan seni modern.








Film/Media Seni
Pengarang       : D. A. Peransi
Halaman          : 197
Editor              : Marselli Sumarno
ISBN               : 979-00351
Cetakan I        : Juni 2005

Buku ini berisi sejumlah pemikiran dari Peransi ini meski terkesan klasik namun cukup layak untuk dibaca sebagai pembelajaran dalam dunia kini, terutama dunia film. Buku ini berisi tentang estetika film, film dokumenter, film sebagai media ekspresi dan sebagainya.






Kritik Sosial Dalam Film Komedi
Penulis             : Harun Suwardi
Halaman          : 187
Editor              : Marselli Sumarno
ISBN               : 979-00351
Cetakan I        : Juni 2005

Harun Suwardi menghabiskan hari-harinya menggeluti film-film Nya Abbas Akup, hasilnya dipoles oleh Veven Sp. Wardhana. Inilah kajian terhadap tujuh film komedi dengan kritik sosial tajam sekaligus menghibur. 








Dokumenter
Penulis             : Gerzon R. Ayawaila
Halaman          : 226
Editor              : Veven Sp. Wardhana
ISBN               : 978-979-16063-1-8
Cetakan II       : Januari 2009

Penulis buku ini selain seorang dosen adalah juga sekaligus praktisi film dokumenter. Karena itu, selain penuh dengan rujukan teori dan metodologi yang terhitung rinci, buku ini juga dilengkapi dengan pemaparan pengalaman ketika yang bersangkutan memproduksi dokumenter, termasuk juga pemaparan perihal langkah-langkah yang hendak dan harus dilakukan ketika memproduksi dokumenter.







Televisiana
Penulis             : RM. Soenarto
Halaman          : 175
Editor              : Veven Sp. Wardhana
ISBN               : 978-979-16063-0-1
Cetakan I        : Maret 2007

Buku disusun oleh seorang yang sangat berkompeten dalam bidangnya, sehingga paparannya tak berhenti sebagai semata teori dan metodologi, melainkan sudah terpraktikkan mengingat penulisnya adalah praktisi yang sudah malang-melintang dalam dunia broadcast pertelevisian baik di dalam negeri maupun tingkat internasional. Untuk itu, beberapa contoh konkret juga disertakan dalam buku ini untuk setiap persoalan yang dijadikan topik bahasan.





Programa Televisi
Penulis             : RM. Soenarto
Halaman          : 163
Editor              : Veven Sp. Wardhana
ISBN               : 978-979-16063-2-5
Cetakan I        : Agustus 2008

Teori tanpa praktik adalah mandul. Praktik tanpa teori sama dengan meraba-raba dalam kegelapan. Nah, praktik dan pengalaman mutlak bagi siapa pun yang ingin bekerja dengan sukses. Buku ini adalah uraian Pak Narto sebagai “orang lapangan” ingin berbagi dengan pembaca yang ingin maju dalam televisi. Pahit-manisnya kerja seorang produser televisi juga dipaparkan dalam buku ini.






Jejak-jejak Tradisi Bahasa Rupa Indonesia Lama
Penulis             : Wiyoso Yudoseputro
Halaman          : 244
Editor              : Nanang Gandaprawira
                         Puspito Hadi
ISBN               : 979-8699-03-3
Cetakan I        : Juli 2008

Buku ini menjadi bukti yang terdokumentasi secara runtut dan apik dari pikiran salah seorang ahli Kebudayaan dan Kesenian Indonesia yang memang memiliki nilai yang kuat dan memiliki artefak-artefak yang hingga kini masih tertinggal bahkan sebagian masih dipergunakan dan menempel dalam kehidupan manusia Indonesia modern masa kini. Seolah-olah menandai bahwa kehidupan masa lalu baru terjadi pada beberapa bulan, atau bahkan beberapa hari lalu sehingga ingatan itu seharusnya tidak bias hilang. Buku ini selain sebagai ilmu pengetahuan umum tentang kebudayaan Indonesia, juga sebagai media rewinder yang selalu mengingatkan kita tentang masa lalu yang mendasari lahirnya masa kini.



Job Description Pekerja Film (versi 01)
Tim Produksi   : Agni Ariatama
                         Arda Muhlisiun
Halaman          : 150
ISBN               : 978-979-99351-1-3
Cetakan I        : Maret 2008

Buku ini tersusun atas kontribusi para pengajar film di IKJ: Sam Sarumpaet, Eric Gunawan, Nan Achnas, Agni Ariatama, Faozan Rizal, Nurhidayat, A. Syaeful Anwar, RB. Armantono, Marselli Sumarno, Hartanto, Khikmawan Santosa, Wahyu Tri Purnomo, Abduh Aziz, Gerzon R. Ayawaila, dan Tino Saroengallo.

Buku ini sebagai petunjuk pelaksanaan pembuatan film yang disepakati semua pihak baik pekerjanya maupun perusahaan penyelenggara produksi film (baik untuk bioskop maupun televisi).



Teknik Menulis Skenario Film Cerita
Penulis             : H. Misbach Yusa Biran
Halaman          : 344
Editor              : Tugas Supriyanto
ISBN               : 979-419-314-0
Cetakan II       : 2010
Buku ini sangat membantu dan bermanfaat terutama bagi pemula yang ingin menulis skenario. Buku ini bukan saja berisi panduan teknis, namun juga berisi prinsip dan folosofi penting dipahami oleh calon penulis skenario film. Buku pertama yang menguraikan seluk-beluk penulisan skenario secara sungguh-sungguh dengan contoh-contoh yang berasal dari film-film terkenal di dunia dan ditulis secara sistematis.


The FIVE C’s of CINEMATOGRAPHY
Penulis             : Joseph V. Mascelli, A.S.C
Penerjemah      : H. Misbach Yusa Biran
Halaman          : 474
ISBN               : 978-979-16063-5-6
Cetakan II       : 2010
Buku ini memberikan gambaran bahwa penyajian cerita atau noncerita (dokumenter) melalui film memerlukan langkah-langkah dan hukum-hukum pembuatan film yang mesti dipegang para pekerja film agar karya yang diciptakannya kelak mampu membuat penonton untuk tetap duduk di kursinya.




SEJARAH FILM INDONESIA
Penulis             : Gayus Siagian
Halaman          : 162
Editor              : Gotot Prakosa
ISBN               : 978-979-16063-6-3
Cetakan I        : 2010
Buku yang berasal dari artikel panjang Gayus ini memiliki makna penting, karena karya Gayus ini telah menjadi rujukan penting bagi penulisan-penulisan buku lainnya mengenai sejarah film Indonesia. Sebelum diterbitkan sebagai buku, artikel panjang ini menjadi diktat atau artikel bahan kuliah di Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ) yang kemudian menjadi Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dimana Gayus mengajar bidang sejarah film.



PSIKOLOGI FILM
Penulis             : Dr. Matius Ali
Halaman          : 254
Sampul & Isi   : Tugas Supriyanto
ISBN               : 978-979-99351-2-0
Cetakan I        : 2010
Buku ini ditulis untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa film, televisi, fotografi dan kajian media serta masyarakat umum yang tertarik untuk menonton atau membaca film lewat psikoanalisis Lacan. Penulis berharap di kemudian hari ada yang berminat untuk melakukan studi atau penelitian lebih lanjut tentang psikoanalisis Lacan dan film.